A.
Model Waterfall
Pada model Waterfall
atau disebut model air terjun, ada beberapa fase yang harus kita
terapkan, yaitu:
1.
Analisi kebutuhan lalu pendefenisiannya
2.
Perancangan Sistem dan Perangkat lunaknya
3.
Implementasi dan unit testing
4.
Integrasi dan pengujian sistem
5.
Pengoprasian dan persawatan
Dimana sebuah proses akan kembali ke state sebulumnya agar tidak
ada perubahan setelah proses menuju state di bawahnya sebab sangat sulit.
Setiap model pasti ada
kekurangan dan kelebihan, dan berikut merupakan kekurangan dan kelebihan dari
model Waterfall :
Kekurangan Model
Waterfall:
·
Terjadinya pembagian proyek menjadi tahap-tahap yang tidak
fleksibel, karena komitmen harus dilakukan pada tahap awal proses.
·
Hal ini mengakibatkan sulitnya untuk merespon perubahan
kebutuhan pengguna (user).
·
Model air terjun harus digunakan hanya ketika persyaratan
dipahami dengan baik.
Kelebihan Model
Waterfall:
·
Bisa digunakan jika suatu persyaratan untuk membuat suatu
software sudah dipahami dengan baik dan sudah lengkap semua persyaratan yang
ada.
B.
Model RAD
Rapid Aplication Model (RAD) adalah sebuah
proses perkembangan perangkat lunak sekuensial linier yang menekankan siklus
perkembangan yang sangat pendek. Model RAD ini merupakan sebuah adaptasi
“kecepatan tinggi” dari model sekuensial linier dimana perkembangan cepat
dicapai dengan menggunakan pendekatan konstruksi berbasis komponen. Jika
kebutuhan dipahami dengan baik, proses RAD memungkinkan tim pengembangan
menciptakan “sistem fungsional yang utuh” dalam periode waktu yang sangat
pendek (kira-kira 60 sampai 90 hari).
Kelebihan Penggunaan
Model RAD
· Dimungkinkan dalam
proses pembuatan membutuhkan waktu yang sangat singkat (60-90 hari).
· Menghemat biaya,
karena penekannya adalah penggunaan komponen-komponen yang sudah ada.
· RAD menggunakan
kembali komponen-komponen yang sudah ada, maka beberapa komponen program sudah
diuji sehingga kita dapat melakukan penghematan waktu dalam uji coba
Kekurangan Penggunaan
Model RAD
· Seperti semua proses
model yang lain, pendekatan RAD memiliki kekurangan-kekurangan sebagi berikut :
· Bagi proyek yang besar
tetapi berskala, RAD memerlukan sumber daya manusia yang memadai untuk
menciptakan jumlah tim RAD yang baik.
· RAD menuntut
pengembangan dan pelanggan yang memiliki komitmen di dalam aktifitas rapid-fire
yang diperlukan untuk melengkapi sebuah sistem, di dalam kerangka waktu yang
sangat diperpendek. Jika komitmen tersebut tidak ada, proyek RAD akan gagal.
RAD menekankan perkembangan komponen program yang bisa dipakai kembali. Reusable
menjadi batu pertama teknologi objek dan ditemui di dalam proses rakitan
komponen
· Tidak
semua aplikasi sesuai untuk RAD. Bila sistem tidak dapat dimodulkan dengan
teratur, pembangunan komponen penting pada RAD akan menjadi sangat problematis.
· RAD menjadi tidak
sesuai jika risiko teknisnya tingggi. Hal ini terjadi bila sebuah aplikasi baru
memforsir teknologi baru atau bila perangkat lunak baru membutuhkan tingkat
interoperabilitas yang tinggi dengan program komputer yang ada.
C.
Model Prototype
Metode prototyping adalah
sistem informasi yang menggambarkan hal-hal penting dari sistem informasi yang
akan datang. Prototipe sistem informasi bukanlah merupakan sesuatu yang
lengkap, tetapi sesuatu yang harus dimodifikasi kembali, dikembangkan, ditambahkan
atau digabungkan dengan sistem informasi yang lain bila perlu.
a. Jenis-Jenis
Prototyping
· Feasibility
prototyping – digunakan untuk menguji kelayakan dari teknologi yang
akan digunakan untuk system informasi yang akan disusun.
· Requirement
prototyping – digunakan untuk mengetahui kebutuhan aktivitas bisnis
user.
· Desain
Prototyping - digunakan untuk mendorong perancangan system
informasi yang akan digunakan.
· Implementation
prototyping – merupakan lanjytan dari rancangan protipe, prototype ini
langsung disusun sebagai suatu system informasi yang akan digunakan.
Adapun keunggulan dan
kelemahan dalam model prototype:
Keunggulan
Prototyping:
1. User dapat
berpartisipasi aktif
2. Penentuan kebutuhan
lebih mudah diwujudkan
3. Mempersingkat waktu
pengembangan SI
Kelemahan Prototyping :
1. Proses
analisis dan perancangan terlalu singkat
2. Mengesampingkan
alternatif pemecahan masalah
3. Bisanya
kurang fleksible dalam mengahadapi perubahan
4. Prototype yang
dihasilkan tidak selamanya mudah dirubah
5. Prototype terlalu
cepat selesai
D.
Model Spiral
Model ini cukup baru ditemukan,yaitu tahun
1988 oleh Barry Boehm. Spiral adalah salah satu bentuk evolusi yang menggunakan
metode iterasi natural yang dimiliki oleh model prototyping dan digabungkan
dengan aspek sistematis yang dikembangkan model waterfall.
Spiral model dibagi menjadi beberapa framework
aktivitas, yang disebut dengan task regions. Kebanyakan aktivitas2 tersebut
dibagi antara 3 sampai 6 aktivitas. Berikut adalah aktivitas-aktivitas yang
dilakukan dalam spiral model :
· Customer
communication. Aktivitas yang dibutuhkan untuk membangun komunikasi yang
efektif antara developer dengan user / customer terutama mengenai kebutuhan
dari customer.
· Planning. Aktivitas
perencanaan ini dibutuhkan untuk menentukan sumberdaya, perkiraan waktu
pengerjaan, dan informasi lainnya yang dibutuhkan untuk pengembangan software.
· Analysis risk. Aktivitas
analisis resiko ini dijalankan untuk menganalisis baik resiko secara teknikal
maupun secara manajerial. Tahap inilah yang mungkin tidak ada pada model proses
yang juga menggunakan metode iterasi, tetapi hanya dilakukan pada spiral model.
· Engineering. Aktivitas yang
dibutuhkan untuk membangun 1 atau lebih representasi dari aplikasi secara
teknikal.
· Construction &
Release. Aktivitas
yang dibutuhkan untuk develop software, testing, instalasi dan penyediaan user
/ costumer support seperti training penggunaan software serta dokumentasi
seperti buku manual penggunaan software.
· Customer evaluation. Aktivitas yang
dibutuhkan untuk mendapatkan feedback dari user / customer berdasarkan evaluasi
mereka selama representasi software pada tahap engineering maupun pada
implementasi selama instalasi software pada tahap construction and release.
Adapun beberapa
Kelebihan dan Kelemahan Model Spiral yang ada:
Kelebihan model Spiral
:
- Dapat disesuaikan agar perangkat lunak bisa dipakai selama hidup perangkat lunak komputer.
- Lebih cocok untuk pengembangan sistem dan perangkat lunak skala besar
- Pengembang dan pemakai dapat lebih mudah memahami dan bereaksi terhadap resiko setiap tingkat evolusi karena perangkat lunak terus bekerja selama proses
Kelemahan model
Spiral:
- Sulit untuk menyakinkan pelanggan bahwa pendekatan evolusioner ini bisa dikontrol.
- Memerlukan penaksiran resiko yang masuk akal dan akan menjadi masalah yang serius jika resiko mayor tidak ditemukan dan diatur.
- Butuh waktu lama untuk menerapkan paradigma ini menuju kepastian yang absolute
E.
Model incremental
Model Incremental dalam rekayasa perangkat
lunak, menerapkan rekayasa perangkat lunak perbagian, hingga menghasilkan
perangkat lunak yang lengkap. Proses membangun berhenti jika produk telah
mencapai seluruh fungsi yang diharapkan.
Adapun beberapa tahapan yang ada pada model
incremental dimana tahapan-tahapan tersebut dilakukan secara berurutan.
Setiap bagian yang sudah selesai dilakukan testing, dikirim ke pemakai untuk
langsung dapat digunakan.
Tahapan Incremental Model adalah :
· Requirement
· Specification
· Architecture Design
Pada incremental model, tiga tahapan awal
harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum sebelum tahap membangun tiap modal.
Incremental Model merupakan gabungan
antara model linear sekuensial dan prototyping. Setiap linear sekuen
menghasilkan produk yang deliveriables. Increment pertama merupakan produk inti
yang mengandung persyaratan/kebutuhan dasar. Penambahan dilakukan pada
increment-incremet berikutnya.
Keunggulan
dari Incremental Model :
1. Personil bekerja optimal
2. Pihak konsumen dapat langsung
menggunakan dahulu bagian-bagian yang telah selesai dibangun. Contohnya pemasukan
data karyawan
3. Mengurangi trauma karena perubahan
sistem. Klien dibiasakan perlahan-lahan menggunakan produknya bagian per
bagian
4. Memaksimalkan pengembalian modal
investasi konsumen
Kekurangan dari Incremental Model :
1. Cocok untuk proyek berukuran kecil
(tidak lebih dari 200.000 baris coding)
2. Mungkin terjadi kesulitan untuk
memetakan kebutuhan pengguna ke dalam rencana spesifikasi masing-masing hasil
increment
3. Dapat menjadi build and Fix Model,
karena kemampuannya untuk selalu mendapat perubahan selama proses rekayasa
berlangsung
F. Component-based Development Model
Component-based development sangat berkaitan dengan
teknologi berorientasi objek. Pada pemrograman berorientasi objek, banyak class
yang dibangun dan menjadi komponen dalam suatu software. Class-class tersebut
bersifat reusable artinya bisa digunakan kembali. Model ini bersifat iteratif
atau berulang-ulang prosesnya.
Secara
umum proses yang terjadi dalam model ini adalah:
1. Identifikasi class-class yang akan
digunakan kembali dengan menguji class tersebut dengan data yang akan
dimanipulasi dengan aplikasi/software dan algoritma yang baru
2. Class yang dibuat pada proyek
sebelumnya disimpan dalam class library, sehingga bisa langsung diambil dari
library yang sudah ada. Jika ternyata ada kebutuhan class baru, maka class baru
dibuat dengan metode berorientasi objek.
3. Bangun software dengan class-class
yang sudah ditentukan atau class baru yang dibuat, integrasikan.
Penggunaan
kembali komponen software yang sudah ada menguntungkan dari segi:
► Siklus waktu pengembangan software, karena mampu mengurangi
waktu 70%
► Biaya produksi berkurang sampai 84% arena pembangunan
komponen
berkurang
Pembangunan software dengan menggunakan komponen yang sudah
tersedia dapat menggunakan komponen COTS (Commercial off-the-shelf) – yang bisa
didapatkan dengan membeli atau komponen yang sudah dibangun sebelumnya secara
internal. Component-Based Software Engineering (CBSE) adalah proses yang
menekankan perancangan dan pembangunan software dengan menggunakan komponen
software yang sudah ada. CBSE terdiri dari dua bagian yang terjadi secara
paralel yaitu software engineering (component-based development) dan domain
engineering.
G.
Extreme Programming (XP) Model
Model
proses ini diciptakan dan dikembangkan oleh Kent Beck. Model ini adalah model proses
yang terbaru dalam dunia rekayasa perangkat lunak dan mencoba menjawab
kesulitan dalam pengembangan software yang rumit dan sulit dalam implementasi.
Menurut Kent Beck XP adalah : “A lightweight, efficient, low-risk, flexible,predictable,
scientific and fun way to develop software”. Suatu model yang menekankan pada:
- keterlibatan user secara langsung
- pengujian
- pay-as-you-go design
Adapun empat nilai penting dari XP
1.
Communication/Komunikasi : komunikasi antara developer dan klien sering menjadi masalah. Karena itu komunikasi
dalam XP dibangun dengan melakukan pemrograman berpasangan (pair programming).
Developer didampingi oleh pihak klien dalam melakukan coding dan unit
testing sehingga klien bisa terlibat langsung dalam pemrograman sambil
berkomunikasi dengan developer.
Selain itu perkiraan beban tugas juga diperhitungkan.
2. Simplicity/
sederhana: Menekankan pada kesederhanaan dalam
pengkodean.
3. Feedback
/ Masukan/Tanggapan: Setiap feed back ditanggapi dengan
melakukan
tes, unit test atau system integration dan jangan menunda
karena
biaya akan membengkak (uang, tenaga, waktu).
4. Courage / Berani: Banyak ide baru dan berani mencobanya,
4. Courage / Berani: Banyak ide baru dan berani mencobanya,
berani mengerjakan kembali dan setiap kali kesalahan
ditemukan, langsung diperbaiki.
Referensi
http://hamgungnes.blogspot.com/2013/03/model-rad-rapid-aplication-model.htmlhttp://komandankempong.blogspot.com/2011/09/model-proses-rekayasa-perangkat-lunak.html
suwon mas
BalasHapusWah terimakasih sekali....
BalasHapusModel 4GT nya kok gak ada...?
BalasHapusArtikelnya bermanfaat kak, ini saya juga punya artikel tentang Model Proses Pada Rekayasa Perangkat Lunak, semoga bisa saling melengkapi
BalasHapusKelebihan dan Kekurangan Model Proses Pada Rekayasa Perangkat Lunak - MARKIJAR.Com